ANALISIS PARAMETERGEO-ATMOSFERIK DAN GEOKIMIA SEBAGAI PREKURSOR GEMPABUMI DI PELABUHAN RATU, SUKABUMI
Abstract
Monitoring parameter geo-atmosferik dan geokimia sebagai perpaduan dari monitoring emisi gas radon, suhu udara permukaan, suhu dan kelembaban tanah dilakukan di Stasiun Observatori Geofisika Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk mengetahui hubungannya dengan aktivitas gempabumi. Penelitian di Indonesia mengenai hubungan parameter geo-atmosferik dan geokimia dengan prekursor gempabumi baru pertama kali dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (Puslitbang BMKG). Monitoring gas radon, suhu, dan kelembaban tanah dilakukan menggunakan sistem monitoring radon RAD7 dengan sensor soil gas probe yang ditanam pada kedalaman 1,2 meter. Data pengamatan suhu permukaan adalah suhu maksimum dan minimum yang tercatat menggunakan termometer air raksa. Anomali radon, suhu, dan kelembaban dikorelasikan dengan kejadian gempabumi yang memenuhi radius zona manifestasi prekursor berdasarkan penelitian Dobrovolsky. Hasil analisis parameter geo-atmosferik menunjukkan adanya penurunan sebesar 5,3°-13° yang diikuti kenaikan sebesar 6°-8,2° pada nilai Tmax-Tmin suhu permukaan. Sementara untuk analisis geokimia menunjukkan adanya kenaikan gas radon sebesar 1,5-60 kali dari nilai normalnya, kenaikan kelembaban sebesar 6%-21%, dan kenaikan suhu tanah 1,5°-3,2° yang diikuti penurunan sebesar 1,5°-4°. Anomali geo-atmosferik dan geokimia yang diduga sebagai prekursor gempabumi terdeteksi 3-30 hari sebelum gempabumi sehingga parameter ini termasuk dalam prekursor jangka pendek yang berhubungan dengan proses deformasi di wilayah pengamatan sebelum gempabumi.
Monitoring of geo-atmospheric and geochemical parameters, as a combination monitoring of radon emission, surface air temperature, and soil temperature and humidity, located in Geophysical Observatory Station Pelabuhan Ratu, Sukabumi, West Java, to determine its relation with the earthquake. In Indonesia, it was the first research of earthquake precursors using these methods, conducted by Research and Development Center, Indonesian Agency of Meteorology Climatology and Geophysics. Monitoring of radon, soil temperature and humidity using RAD7 radon monitoring system where probes sensor are placed at 1.2 meters below land surface. The maximum and minimum air temperature recorded by a mercury thermometer. The anomalies of radon, temperature, and humidity are correlated with the occurrence of earthquakes within a radius of precursor manifestation zone, refer to Dobrovolsky's research. The results of analysis show a decrease of 5.3°-13° which followed by an increase of 6°-8.2° on the surface temperature; an increase of radon gas at 1.5-60 times of the normal value, the increase of humidity ranged on 6% -21%, and the soil temperature rise of 1.5°-3.2° followed by a decrease of 1.5°-4°. Geo-atmospheric and geochemical anomalies indicated as precursors detected 3-30 days before the earthquake and categorized as short-term precursors that associated with the deformation process in the observation region before the earthquake.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: http://dx.doi.org/10.31172/jmg.v15i2.177
Article metrics


Refbacks
- There are currently no refbacks.
PUBLISHED BY:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
» http://puslitbang.bmkg.go.id/jmg
Jurnal Meteorologi dan Geofisika
e-ISSN : 2527-5372
p-ISSN : 1411-3082
Address :
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
» Phone : (+6221) 4246321 ext 1900
» Fax :(+6221) 65866238
Email Coordinator: najib.habibie@gmail.com
Plagiarism Tools
Jurnal Meteorologi dan Geofisika is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
JMG INDEXED BY: |
---|
![]() | ![]() | ![]() | |
![]() | ![]() | ![]() | ![]() |